
Lahan pertanian di Nusantara Indonesia semakin menyempit, Selain banyak beralih fungsi, sekitar 72 persen lahan pertanian dikategorikan terdegradasi dan rusak. Para ahli mensinyalir salah satu penyebabnya adalah rusaknya unsur hara tanah akibat massifnya penggunaan pupuk kimia.
Ahli Pupuk dan Bioteknologi Tanah Prof. Iswandi Arnas berpendapat bahwa keharusan ketersediaan pupuk kimia masih menjadi sesuatu anggapan yang penting bagi para petani di Indonesia.
Ketergantungan penggunaan pupuk di Nusantara terbilang tinggi. Penggunaan pupuk anorganik 1 hektare (ha) dapat mencapai 350-450 kilogram (kg).Konsumsi pupuk kimia kita jauh melampaui penggunaan di sejumlah negara maju.
Sesungguhnya efisiensi pemupukan menjadi rendah karena saat ini tanah di Indonesia sebesar 72% rusak Unsur hara esensial sudah rendah.
Menurut Iswandi juga di era tahun 1960-an, sesungguhnya kadar organik di Tanah Indonesia masih saat tinggi. Seiring revolusi hijau, intensifikasi pertanian penggunaan pupuk kimia digenjot sementara pupuk organik justru ditinggalkan. Seiring waktu tanah menjadi rusak.
Untuk itu Iswandi dan banyak para ahli lainya juga mendorong semua pemangku kepentingan untuk menggunakan pupuk organik. Terlebih lagi Indonesia mempunyai banyak sumber bahan pupuk organik, baik dari limbah peternakan, pertanian, perikanan, tempat pembuangan akhir (TPA), pabrik gula, dan hutan tanaman industri (HTI).