
Foto: Ilustrasi
RuangTani. Jika kita berpikir bertani hanyalah sebatas memanfaatkan alam sebagai tempat produksi makanan dan keuntungan ekonomi semata, bisa jadi kesinambungan manusia dalam bertani akan terhenti saat itu, mungkin tanah akan lelah untuk terus di eksploitasi, dan dia akan berhenti menjadi subur kembali. Lantas kemana manusia akan menanam benih ?
Jauh sebelum manusia mengenal mesin-mesin canggih yang mendominasi dunia pertanian modern saat ini. 12.000 tahun silam disaat pertanian bangkit secara independen dibeberapa belahan dunia, manusia telah memahami bahwa bertani adalah suatu interaksi atau hubungan antara manusia dengan alam.
Bertani bukanlah sekedar aktivitas menanam, manusia juga telah memahami ada makna filosofi didalam pertanian. Filosofi pertanian mengajarkan manusia tentang banyak hal, tentang siklus hidup dan kehidupan, tentang interaksi dengan alam, tentang keseimbangan, tentang etika, tentang kearifan, tentang keanekaragaman hayati, tentang keadilan, dan tentang sang Pencipta.
Memahami filosofi pertanian yang begitu luhur, maka sudah seharusnya pertanian adalah aktivitas yang penuh tanggung jawab, bijaksana, rasa hormat dan dan etika terhadap alam.
Seperti pandangan Filsuf Aldo Leopold dan Wendell Berry yang mengemukakan konsep etika tanah dalam aspek pertanian, tentunya ini memberikan kita ruang untuk berpandangan bahwa alam bukanlah sebagai sumber daya yang hanya untuk dieksploitasi semata.
Dengan istilah sederhana mungkin kita bisa mengatakan bahwa tanah bukanlah hanya sebagai objek, tetapi juga sebagai subjek, tanah adalah sebagai bagian komunitas yang patut dihormati dan dilindungi.
Untuk itu, salah satu bentuk manifestasi dari filosofi etika tanah itu sendiri adalah bagaimana manusia wajib menjaga lahan pertaniannya untuk tetap subur dalam jangka waktu yang panjang, manusia harus melindungi tanah bukan malah sebaliknya merusak tanah lahan pertanian demi memburu keuntungan ekonomi semata.
Menjaga kesuburan tanah berarti juga manusia telah menjaga keberlangsungan dari keanekaragaman hayati dan siklus kehidupan didalam tanah.
Pemahaman sikap hormat dan etika terhadap tanah seharusnya dapat membawa manusia pada aksi memandang tanah sebagai sahabat dan mitra yang selalu berdampingan. Menjaga tanah berarti kita telah menjaga warisan kehidupan untuk generasi manusia yang akan datang.